Asset Turnover Ratio Adalah
Optimasi Inventory Turnover Ratio dengan Aplikasi Inventory Management
Kami memahami bahwa waktu adalah uang, dan TAG Samurai dirancang dengan pemahaman ini. Aplikasi Inventory Management TAG Samurai sangat mudah digunakan, bahkan bagi mereka yang bukan ahli dalam manajemen persediaan.
Baca juga: Inventory Write-Down adalah: Arti, Dampak, Cara Mengurangi
Saya adalah seorang IT Enthusiast yang memiliki latar belakang pendidikan di Ilmu Komputer dari Universitas Indonesia. Saya memiliki minat yang kuat dalam mengembangkan solusi teknologi yang inovatif dan berdampak positif bagi masyarakat. Sejak kuliah, saya telah terlibat dalam berbagai proyek pengembangan aplikasi dan platform teknologi, baik sebagai bagian dari tim maupun mandiri.
Latest posts by Kania Sutisnawinata
Rumus Asset Turnover Ratio Umum
Rumus Aset Turnover Ratio = Total Aset / Penjualan Bersih
Pengertian Asset Turnover Ratio
Asset turnover ratio adalah rasio keuangan yang mengukur efisiensi perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan penjualan atau pendapatan. Rasio ini menunjukkan seberapa efektif aset perusahaan digunakan dalam menghasilkan pendapatan. Semakin tinggi rasio ini, semakin efisien perusahaan dalam menggunakan asetnya. Rasio ini sering digunakan oleh investor dan analis keuangan untuk menilai kinerja operasional perusahaan.
Secara sederhana, asset turnover ratio adalah jumlah pendapatan yang dihasilkan per unit aset yang dimiliki. Misalnya, jika suatu perusahaan memiliki asset turnover ratio sebesar 2, itu berarti setiap satu unit aset menghasilkan dua unit pendapatan.
Rumus Asset Turnover Ratio Periode Khusus
Rumus berikut dapat Anda gunakan jika tersedia data aset awal dan aset akhir, dan kita ingin mendapatkan perkiraan yang lebih akurat dari seberapa efisien perusahaan menggunakan asetnya dalam menghasilkan pendapatan.
Asset Turnover Ratio = Total Penjualan / {(Aset Awal + Aset Akhir)/2)
Pertama, Anda harus mengetahui total penjualan yang perusahaan Anda peroleh dalam periode atau kurun waktu tertentu. Ambil nilai total penjualan selama periode waktu yang sama dengan periode aset awal dan akhir yang digunakan.
Setelahnya, Anda perlu mengetahui total aset yang dimiliki, yakni aset awal dan aset akhir, dalam periode atau kurun waktu yang sama dengan total penjualan tadi.
Hal ini bisa berupa nilai aset pada awal dan akhir tahun, kuartal, atau bulan, tergantung pada laporan keuangan yang tersedia.
Jumlah aset awal dan jumlah aset akhir ini kemudian dijumlahkan dan dibagi dua (2).
Setelah mendapatkan semua angkanya, Anda hanya perlu memasukkannya ke dalam rumus yang telah disebutkan di atas, yakni nilai total penjualan dibagi nilai total aset awal dan aset akhir yang telah dijumlah sebelumnya dan dibagi dua.
Implementasi Just-In-Time (JIT)
Pertimbangkan menerapkan sistem Just-In-Time untuk meminimalkan stok yang dipegang dan memastikan bahwa persediaan tiba tepat waktu untuk memenuhi permintaan pelanggan.
Contoh Soal Asset Turnover Ratio
Saat menghitung penjualan bersih, Anda selalu perlu mempertimbangkan pengembalian dan penyesuaian.
Jika Anda secara manual mencatat entri penjualan, Anda harus mengurangi item ini dari penjualan kotor untuk mendapatkan angka penjualan bersih yang akurat.
Hal yang sama berlaku saat menghitung nilai aset. Saat menghitung total aset, sertakan aset lancar seperti rekening bank dan saldo piutang, aset tetap seperti peralatan dan mesin, bersama dengan aset tidak berwujud dan total investasi.
Startup ABC memiliki penjualan kotor Rp.300.000.000. Namun, perusahaan memiliki retur dan penyesuaian sebesar 131.000.000, membuat penjualan bersihnya menjadi 169.000.000. Asetnya di awal bisnisnya minimal 40.000.000, tetapi aset akhir tahun berjumlah 127.000.000.
Perhitungan pertama Anda adalah menemukan nilai aset rata-rata ABC untuk tahun ini:
(40.000.000 + 127.000.000) : 2 = 83.500.000
Dengan total aset rata-rata, ABC sekarang dapat menghitung rasio perputaran aset untuk bisnisnya:
169.000.000 : 83.500.000 = 2
Jadi, nilai ATR startup ABC sebesar 2, yang berarti perusahaan mampu memanfaatkan asetnya secara efisien untuk menghasilkan keuntungan.
Baca juga: Analisis Rasio Keuangan: Pengertian, Fungsi, Jenis, dan Rumusnya
Don memiliki toko elektronik kecil. Penjualannya terus menurun selama tiga tahun terakhir. Penjualan kotornya untuk tahun tersebut berjumlah 71.000.000 dengan pengembalian sebesar 11.000.000, membuat penjualan bersihnya menjadi 60.000.000.
Aset Don tetap cukup stabil, dengan saldo aset awal 85.000.000 dan saldo aset akhir 91.000.000. Mari kita cari nilai aset rata-rata Don terlebih dahulu:
(85.000.000 + 91.000.000) : 2 = 88.000.000
Sekarang kita dapat menghitung rasio perputaran aset Don:
60.000.000 : 88.000.000 = 0,68
Itu berarti bahwa untuk setiap rupiah aset yang dimiliki bisnis Don, hanya menghasilkan Rp. 0,68 dalam setiap penjualan. Hasil ini menunjukkan bahwa bisnis Don tidak menggunakan asetnya secara efisien.
Saat menghitung dan menganalisis rasio perputaran aset untuk perusahaan Anda, pastikan Anda hanya membandingkan hasil dengan yang ada di industri serupa.
Misalnya, bisnis jasa hanya boleh membandingkan rasionya dengan bisnis jasa serupa, sedangkan bisnis perhotelan dan ritel hanya boleh membandingkan hasil dengan perusahaan perhotelan atau ritel lainnya.
Baca juga: Rumus Biaya per Unit, Cara Hitung di Excel dan Tips Mengoptimalkannya
Bisakah Inventory Turnover Terlalu Tinggi?
Ya, Inventory Turnover yang terlalu tinggi dapat menjadi masalah. Meskipun memiliki rasio perputaran persediaan yang tinggi sering dianggap sebagai indikator efisiensi, terlalu tinggi juga bisa memiliki konsekuensi negatif. Beberapa masalah yang dapat timbul akibat Inventory Turnover yang terlalu tinggi antara lain:
Jika perusahaan memiliki kebijakan persediaan yang sangat ketat dan rasio perputaran yang terlalu tinggi, mungkin sulit untuk memenuhi permintaan pelanggan. Barang mungkin tidak tersedia ketika pelanggan ingin membeli, dan ini dapat menyebabkan kehilangan penjualan.
Pengambilan Keputusan Strategis
Analisis ITR membantu manajemen dalam pengambilan keputusan strategis terkait manajemen persediaan, produksi, dan pemasaran. Informasi ini dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan mengoptimalkan strategi bisnis.
Tujuan dan Manfaat Menghitung Asset Turnover Ratio
Biasanya, investor dan kreditor akan berusaha untuk mencari perusahaan dengan nilai asset turnover ratio yang cukup tinggi.
Nilai yang tinggi tentunya dapat menunjukkan bahwa perusahaan dapat beroperasi dengan pemanfaatan aset yang optimal, mengindikasikan sedikit utang dan ekuitas yang berjalan, dan tentunya akan menguntungkan dalam jangka waktu yang panjang.
Ini tentunya dapat meningkatkan nilai di mata investor dan kreditor, di mana perusahaan memiliki risiko masalah finansial yang kecil dan peningkatan ROI yang besar.
Menganalisis asset turnover ratio juga memberikan gambaran mengenai tren dari waktu ke waktu sehingga perusahaan mendapatkan data penting untuk mengoptimalkan pemanfaatan aset.
Baca Juga: Return on Asset (ROA): Fungsi, Rumus, Contoh Perhitungan
Informasi yang Diperoleh dari Angka Rasio Perputaran Aset
Lantas, informasi apa yang diperoleh dari angka asset turnover ratio ini? Bagaimana cara mengartikan angka yang dihasilkan dari perhitungannya?
Seperti telah disebutkan sebelumnya, semakin tinggi nilai rasio ini, maka semakin baik pula kinerja perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dan menggunakan asetnya dalam periode waktu tertentu.
Dimana umumnya, perusahaan menggunakan periode tahunan agar lebih mudah memantau dan menelaah.
Hasil dari rasio perputaran aset tidak bisa diartikan sama untuk semua sektor industri. Dimana biasanya, sektor industri retail dan consumer memiliki nilai perputaran aset yang relatif tinggi karena angka penjualannya yang besar namun aset yang dimilikinya tidak begitu banyak.
Berbanding terbalik dengan sektor industri seperti utilities dan real estate yang biasanya memiliki nilai perputaran aset lebih rendah karena asetnya yang banyak namun penjualannya lebih sedikit.
Angka rasio perputaran aset juga mempermudah investor untuk mengetahui apakah perusahaan dapat memanfaatkan aset secara efisien atau tidak.
Investor dapat menggunakan nilai ini untuk membandingkannya dengan perusahaan lain di sektor industri yang sama guna mengetahui performa perusahaan.
Investor pun akan mengetahui kelemahan perusahaan dan di poin mana perusahaan tidak mampu memanfaatkan asetnya. Hal ini dapat menjadi bahan evaluasi untuk perusahaan dalam memperbaiki performanya di tahun berikutnya.
Baca juga: Rasio Profitabilitas: Pengertian, Manfaat, Jenis dan Cara Penghitungannya